Banyak orang yang menjadi korban doxing. Doxing merupakan kegiatan mempublikasikan informasi pribadi seseorang yang berlawanan dengan kehendak mereka dalam sebuah forum publik yang ditujukan untuk disebarkan dan pelecehan sehingga memicu serangkaian serangan dari orang asing. Doxing sangat menakutkan dan bisa berakibat kehilangan penghidupan korban.
Namun meskipun banyak kasus individual menarik perhatian publik, sampai sekarang hanya ada sedikit penelitian yang meneliti skala masalah dan siapa yang terlibat dalam doxing. Untunglah kemudian, sebuah studi baru dari University of Illinois di Chicago dan New York University mengubahnya.
Tim peneliti mengumpulkan 5.500 file doxing, yaitu dokumen yang dimaksudkan untuk menyebarkan informasi pribadi curian dari hampir dua juta berkas yang diposkan ke situs web terpopuler yang menampungnya. Untuk menemukan mereka, tim menciptakan alat artificially intelligent yang dapat mendeteksi kasus secara otomatis. Mayoritas file tersebut meliputi alamat rumah, nomor telepon, informasi tentang anggota keluarga, dan alamat email dan banyak juga berisi nama pengguna, kata sandi, dan informasi kartu kredit.
Mereka menemukan bahwa orang-orang yang menjadi target para doxer cenderung berusia muda. Para korban yang ada di dalam file tersebut berusia antara 10 hingga 74 tahun, namun dengan usia rata-rata 22 tahun.
Tim peneliti menemukan pembenaran perilaku doxing teratas adalah bahwa korban dianggap telah melakukan sesuatu yang buruk, baik secara umum maupun secara khusus terhadap doxer. Hal tersebut berkisar dari berlaku curang di video game, disangka bagian dari KKK atau korban adalah seorang pelaku pornografi anak-anak.
Satu temuan yang mengejutkan para peneliti adalah bahwa hanya 16 persen dari target doxing yang perempuan dan lebih dari 82 persen adalah laki-laki. Namun, meskipun ada kecenderungan yang jelas terhadap pria dalam file doxing, bukan berarti bahwa pria lebih mungkin dibandingkan perempuan menjadi target doxing. Sebagian besar target yang diteliti dalam penelitian diidentifikasi sebagai hacker atau gamer yang mana keduanya cenderung condong pada laki-laki.
Sayangnya, doxing nampaknya memiliki efek yang diinginkan. Selama periode penelitian, korban yang ditemukan di file tersebut kemungkinan besar akan menutup akun media sosial mereka atau membuat mereka lebih pribadi daripada pengguna acak.
Tim berharap alat mereka dapat digunakan oleh situs web di masa depan untuk menemukan file doxing dan saat ini sedang melakukan pembicaraan untuk melakukannya dengan pastebin.com (yang tanpa disadari telah mengaktifkan banyak serangan). Situs ini secara aktif menghapus file yang dilaporkan, namun saat itu sudah sering terlambat. Idealnya, perusahaan dapat menggunakan alat ini untuk membuat dokumen pra-filter untuk verifikasi dan kemudian membagikan informasi tersebut kepada target untuk memperingatkan mereka.
Sumber: New Scientist
0 Komentar